Kamis, 19 April 2012

DINASTI AYYUBIYAH (567-649 H/1171-1248 M)

A. Berdirinya Kekhalifahan Ayyubiyah

            Pendiri Dinasti Ayyubiyah adalah Salahudin Al-Ayyubi, dipanggil juga Saladin. Dinasti ini berdiri menggantikan kekuasaan Dinasti Fatimiyah. Dinasti Fatimiyah runtuh ketika kekhalifahan Nur al-Din atau Adid. Ketika khalifah Nur al-Din meninggal, kekhalifahan digantikan oleh Saladin, dengan pergantian khalifah tersebut, berganti pula kekhalifahannya, dari kekhalifahan Dinasti Fatimiyah menjadi kekhalifahan Dinasti Ayyubiyah.
            Berdirinya kekhalifahan Ayyubiyah disebut juga sebagai periode kedua atau periode orang-orang Syria. Pada periode ini Saladin menjadi penguasa Arab terpenting dan the Champion of Islam.[1] Saladin berhasil mempersatukan Mesir dan Syria, Mesopotamia, dan Yaman. Saladin juga berhasil dalam beberapa perang melawan orang-orang Salib.
            Pemimpin Dinasti Ayyubiyah secara urut, yaitu Salahuddin al-Ayyubi/Saladin(1169-1193 M), al-‘Aziz (1193-1198 M), al-Manshur Muhammad (1198-1199 M), al- ‘Adil I (1199-1218 M), Al-Kamil (1218-1238 M), Al-‘Adil II (1238-1240 M), Al-Shalih Najm al-Din/Salih Ayyub (1240-1249 M), Turan Syah (1250), Al-Asyraf Musa (1250-1252 M). Di antara para Khalifah tersebut,  hanya ada empat Khalifah yang terkenal, yaitu Saladin, Al-‘Adil I, Al-Kamil, dan Salih Ayyub.

B.     Masa Kejayaan
           
            Masa kejayaan Dinasti Ayyubiyah adalah di masa kekhalifahan Salahudin Al-Ayyubi atau Saladin. Saladin adalah pendiri sekaligus khalifah pertama Dinasti Ayyubiyah. Ketika Saladin pertama kali ke Mesir dan melihat kepemerintahan di Mesir, ia memiliki dua ambisi besar, yaitu pertama menggantikan Syiah di Mesir dengan Sunni, kedua ia ingin memerangi orang Franka dalam Perang Suci. Sebelum pengangkatannya menjadi Khalifah oleh Dinasti Abbasiyah, ia telah menjabat sebagai menteri di pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Namun setelah Khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, yaitu Nur Al-Din wafat, Saladin secara pribadi meminta kepada Khalifah Abbasiyah untuk melantiknya sebagai penguasa atas wilayah Mesir, Maroko, Nubia, Arab Barat, Palestina dan Syuriah Tengah.[2]
            Saladin berhasil merebut Tiberias setelah melakukan peperangan selama enam hari pada 1 Juli 1187, yang kemudian disusul dengan Perang Hittin pada tanggal 3-4 Juli. Dalam  Perang Hittin, Saladin juga meraih kemenangan. Dalam perang ini, Saladin berhasil menahan Guy de Lesignan, raja Yerusalem, serta Reginald dari Chatillon, si perusak perdamaian. Kemenangan-kemenangan Saladin dalam perang tersebut menimbulkan kecemasan Paus, dan pemimpin-pemimpin Eropa lainnya, sehingga menimbulkan Perang Salib ketiga. Perang Suci ini berkesudahan dengan perjanjian perdamaian di Ramleh pada tahun 1192. Di antara syarat-syarat penting dalam perjanjian perdamaian itu ialah:[3]
a.       Jerussalem tetap berada di tangan umat Islam, dan umat Kristen diijinkan untuk menjalankan ibadah haji di tanah suci.
b.      Orang-orang Salib akan mempertahankan partai Syria dari Tyre sampai ke Jaffa.
c.       Umat Islam akan mengembalikan relics Kristen kepada umat Kristen.
            Saladin bukan hanya terkenal dengan pahlawan perang, ia juga terkenal sebagai pengayom dan pelindung para sarjana. Ia menyokong pengembangan kajian teologi, membangun bendungan, menggali kanal, juga membangun sekolah dan masjid. Di antara bangunan dan monumennya yang masih bertahan hingga sekarang adalah Citadel di Kairo.

C.    Masa Kemunduran

            Kemunduran Dinasti Ayyubiyah terjadi ketika berada pada masa kekhalifahan Salih Ayyub. Tetapi sebelum terjadi kemunduran, Salih Ayyub berhasil merebut kembali Yerusalem dari kekuasaan bangsa Franka dan mengembalikannya ke tangan umat Islam. Namun, ketika terbaring sekarat, ia mendapat kabar bahwa kota  Dimyat terancam lagi, kali ini oleh Louis IX, Raja Perancis. Ketika para Mamluk (budak-budak) berjalan menuju ke Mansurah untuk memburu pasukan Louis IX, Sultan Salih Ayyub meninggal dunia pada tahun 1249. Istrinya, Syajar al-Durr menyembunyikan kematian Salih Ayyub, sehingga keberanian atau semangat umat muslim tidak berpengaruh. [4]setelah itu, kekhalifahan digantikan oleh putranya Turan syah. Turan Syah tidak berhasil beradaptasi dengan budak-budak (mamluk) ayahnya, yang berkomplot dengan ibu tirinya, Syajar al-Durr. Akhirnya Turan Syah pun dibunuh.

    II.            DINASTI MAMLUK
A.    Berdirinya Kekhalifahan Mamluk

            Dinasti Mamluk masih ada ada hubungannya dengan Dinasti Ayyubiyah, karena Dinasti Mamluk menggantikan kekhalifahan Dinasti Ayyubiyah. Bahkan, ratu pertama Dinasti Mamluk masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Khalifah Salih Ayyub dan Khalifah Turan Syah dari Dinasti Ayyubiyah. Ratu pertama Dinasti Mamluk adalah Syajar al-Durr yang merupakan istri Khalifah Salih Ayyub dan Ibu Tiri Khalifah Turan Syah dari Dinasti Ayyubiyah. Syajar memproklamirkan diri sebagai ratu Negara Islam.al-Asyraf Musa, keturunan Dinasti Ayyubiyah menyetujuinya untuk menjadi penguasa, tetapi yang bertindak sebagai raja adalah Mamluk Aybak, pendiri Dinasti Mamluk.

B.     Masa Kejayaan

            Dinasti Mamluk berjaya di masa kekhalifahan al-Malik al-zhahir Baybar (1260-1277). Baybar merupakan penguasa yang melantik beberapa orang sultan, dan yang memberikan perlawanan terakhir kepada Tentara Salib. Sebelum menjadi Sultan Mesir, Baybar berhasil meraih kemenangan di dalam sebuah peperangan terkenal, Ain Jalutu (sebuah kota kecil terletak diantara Baysan danNablus di Palestina).[5] Baybar berhasil menghancurkan satu armada perang pasukan Tartar. Karena kemenanangan dalam perang tersebut, Kekhalifahan Abbasiyah dengan segera terbangkitkan kembali.
            Baybar berambisi untuk menjadi Shalah al-Din kedua dalam perang suci melawan Tentara Salib. Pada tahun 1263 M Baybar berhasil merebut Karak dari Dinasti Ayyubiyah, dan berhasil menghancurkan gereja Nazareth (al-Nashirah) yang telah disakralkan. Pada tahun 1265 M ia berhasil menguasai Caesarea, dan setelah 40 hari pengepungan ia menerima penyerahan Arsuf dari unit khusus Tentara Salib. Jaffa dikuasai pada tahun 1268 tanpa perlawanan, Syaqif Arnun menyerah setelah pengepungan singkat, dan yang lebih penting lagi Antiokia yang telah menjalin hubungan baik dengan Tartar juga menyerah pada kekhalifahan Mamluk. Pada  1271 Benteng Akrad−tempat perlindungan utama unit khusus Tentara Salib, dan mungkin merupakan monumen militer paling indah dari Abad Pertengahan−menyerah setelah dikepung sejak 24 Maret hingga 8 April.[6]
            Baybar menemukan sosok penerus yang cakap dalam diri Qallawun (1279-1290) yang sangat enerjik, dan sangat memusuhi Tentara Salib. Akka kini menjadi satu-satunya pusat kekuatan militer yang tersisa yang dimiliki Tentara Salib. Di tengah persiapan untuk menyerang Akka, Qallawun meninggal, kemudian digantikan oleh putranya, al-Asyraf (1290-1293). Al-Asyraf meneruskan usaha ayahnya menyerang kota Akka. Setelah pengepungan selama lebih dari satu bulan, dengan menggunakan 92 katapul untuk menyerang, markas kekuatan terakhir kubu Latin di Timur ini berhasil direbut (Mei 1291).[7] Keruntuhan Akka mengakhiri nasib sekitar setengah lusin kota yang masih bertahan di sepanjang pantai, yang sama sekali tidak mampu melakukan perlawanan.

C.    Masa Kemunduran

            Setelah meninggalnya Baybar pada tahun 1438 M, Dinasti Mamluk masih juga diperintah oleh Sultan-Sultan yang lemah sampai Khushqadam menjadi Khalifah pada tahun 1461 M. Selama pemerintahannya, mulailah terjadi konflik antara orang-orang Mamluk dan Turki Ottoman. Peperangan pecah selama masa pemerintahan Qayetbay, yang digantikan oleh beberapa Sultan. Menuju masa berakhirnya, pemerintahan Mamluk telah terjadi kegoncangan dalam negeri yang menandai  akan berakhirnya Dinasti Mamluk. Di antara kegoncangan tersebuta adalah korupsi dan keadaan keuangan/ekonomi Negara yang tidak memuaskan.
            Konflik antara Turki dan Mesir dimulai sejak masa pemerintahan Khushqadam (1461-1467 M) dan berlanjut sampai pada masa kekhalifahan Qansuh (1501 M). Konflik-konflik antara Turki dan Mesir tersebut mengakhiri kekhalifahan Dinasti Mamluk.
            Runtuhnya Dinasti Mamluk, meninggalkan banyak peninggalan. Sultan-sultan Mamluk sangat tertarik/senang untuk mendirikan Masjid-Masjid yang indah dan sangat besar dengan batu-batu besar. Berikut ini adalah beberapa contoh Masjid-Masjid itu:[8]
1.      Masjid al-Dhahir Beybar di lapangan Dhahir di Cairo  (abad ke 13).
Baybar juga memberi tambahan terhadap Masjid al-Azhar.
2.      Masjid Sultan Qalawun (abad ke 13)
3.      Masjid Sultan Hasan dekat benteng Cairo, yang membentuk 4 perguruan tinggi mewakili 4 madzhab orthodox dalam Islam.
4.      Masjid al-Nashir Muhammad (abad13-14)
5.      Masjid Sultan Quayitbay dan makamnya (abad ke 15)
6.      Masjid Sultan Barsbay (abad ke 16).
Daftar Pustaka
Ibrahim, Hassan.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang.
Hitti, Phillip K.2010..History of the Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.


[1] Ibrahim, Hassan.1968.Sejarah dan Kebudayaan Islam. Humam, Djahdan,penerj. Cet. 1. (Yogyakarta: Kota Kembang,1989), hal. 285.
[2] Hitti, Phillip K.1970.History of the Arabs. Lukman, R. Cecep, penerj. Cet. 1. (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,2010), hal. 825.
[3] Ibrahim, Hassan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), Hal. 287.
[4] Ibid, Hal. 295
[5] Ibrahim, Hassan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), Hal. 317.
[6] Hitti, Phillip K.1970.History of the Arabs. (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.2010). Hal. 839.
[7] Ibid. Hal. 840.
[8] Ibrahim, Hassan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989),  Hal. 324

2 komentar:

  1. koq masa kemundurannya kurang detail..?? :( tolong Mb. d detailkan dong.. :)

    BalasHapus
  2. Lucky 15 Casino Review 2021 - KTM Hub
    Lucky 15 is a 세종특별자치 출장마사지 casino 광명 출장샵 where you can 제주도 출장마사지 play slots and table games on the go. Play slots, blackjack, roulette, casino table games, 동해 출장마사지 poker, roulette. 속초 출장안마 Rating: 3 · ‎Review by ktmhub.com

    BalasHapus